Dari Hulu ke Hilir, Dekranasda NTT Pacu Tenun Kaum Milenial di Ende

Avatar photo
Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat, didampingi Wakil Bupati terpilih Erikos Emanuel Rede dan anggota DPRD NTT Dolvianus Kolo, meninjau pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Wirausaha atau PKW (22/11/21)
Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat, didampingi Wakil Bupati terpilih Erikos Emanuel Rede dan anggota DPRD NTT Dolvianus Kolo, meninjau pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Wirausaha atau PKW (22/11/21)

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Propinsi NTT tengah menggalakkan program menenun di kalangan milenial Kabupaten Ende. Program Dekranasda NTT akan menjangkau dari hulu ke hilir mulai dari pelatihan, penyediaan alat tenun, hingga membeli tenun kaum milenial.

Program bernama Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) merupakan kerjasama antara Kemendikbud RI, Dekranasda NTT, Dekranasda Ende, dan Disperindag Kabupaten Ende. Sasaran PKW adalah remaja usia 15 tahun hingga 25 tahun yang putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikan.

Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat saat mengunjungi pelatihan (22/11/21), mengatakan, program PKW merupakan hasil perjuangannya di pusat sebagai anggota DPR RI. Program ini ditujukan bagi kaum milenial dimana mereka dilatih dan akan diberikan peralatan tenun setelahnya. Namun, lanjutnya, program PKW tidak sampai ke hilir atau menyiapkan pasar sehingga sebagai inisiator, Dekranasda NTT akan menjadi hilir atau pasar bagi tenunan kaum milenial.

“Kalau kami bikin program, dari hulu ke hilir. Kemendikbud di hulu karena memfasilatasi pelatihan dan peralatan tenun, tetapi kan mereka tidak mempunyai hilir. Dekranasda NTT akan menjadi hilir untuk membeli tenunan mereka,” kata Julie Sutrisno Laiskodat (22/11).

“Makanya mesti dihitung, harga jual berapa yang bisa bersaing, nanti Dekranasda NTT yang beli sehingga mereka sudah mempunyai perputaran uang”.

Lanjut isteri Gubernur NTT tersebut, di seluruh Nusa Tenggara Timur terdapat seribu orang remaja yang tercatat mengikuti PKW tahun ini. Kabupaten Ende sendiri mendapatkan kuota sebanyak 45 orang. Dalam program PKW para milenial akan dilatih selama 200 jam dengan rincian latihan 8 jam per hari.

Setiap peserta dalam program PKW mendapatkan anggaran sebesar Rp 6 juta, kata Julie Laiskodat. Dari nominal tersebut sebesar 60 persen digunakan untuk pelatihan selama 200 jam, mulai dari transport, makan, membayar pelatih, dll. Sedangkan sisa 40 persen digunakan untuk menyiapkan peralatan bagi para peserta.

Dengan program ini diharapkan muncul penenun-penenun baru dari kalangan milenial sebagai penerus budaya. Memang, diakui Julie Laiskodat, era digital telah membawa kaum milenial mengenal budaya asing seperti western atau k-pop, tetapi hal tersebut tidak mesti meninggalkan budaya daerah.

Budaya lokal merupakan warisan leluhur yang dapat bersaing dengan kemajuan zaman. Melalui modifikasi dan promosi yang tepat, budaya NTT mampu memasuki pasar dan tentu saja akan memberikan peningkatan ekonomi, jelasnya.

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Ende terpilih, Erikos Emanuel Rede mengatakan, pelatihan menenun bagi milenial amat dibutuhkan guna menjawab tuntutan zaman. Karena itu dirinya mengapresiasi tekad para peserta meneruskan budaya lokal. Kata Erikos Rede, dirinya akan berupaya menambah anggaran dari APBD II untuk kegiatan tersebut.

Pendidikan Kecakapan Wirausaha dilaksanakan sejak tanggal 26 Oktober dan berakhir pada 27 November 2021. Menurut kepala seksi industri dan kerajinan Disperindag Ende, Yulia Yasinta Mbuka, setiap hari para peserta dilatih selama 8 jam dari hari Senin hingga Sabtu.

Beberapa peserta mengaku senang mengikuti PKW. Sharina Subhan Nga’a, salah satu peserta dari Kota Ende mengatakan, dia mengikuti PKW karena ingin meneruskan budaya daerah. Sharina berharap, ke depan, tekadnya mempertahankan budaya tenun bisa mendatangkan penghasilan tetap baginya. (ARA/EN)