Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Ende  

Jalan Kenangan: Sejarah Dibalik Jalan Sehat HUT Frando

Avatar photo
Kegiatan Jalan Sehat merayakan HUT SMPK Frateran Ndao ke 75 tahun dan HUT kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK) ke 150
Kegiatan Jalan Sehat merayakan HUT SMPK Frateran Ndao ke 75 tahun dan HUT kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK) ke 150

Tahun ini SMPK Frateran Ndao (Frando) merayakan HUT ke 75 tahun. Perayaan hari jadi sekolah selalu spesial sebab bertepatan dengan HUT kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK) sebagai pendiri sekolah yang ke 150 tahun.

Sepanjang 75 tahun SMPK Frando berkiprah di dunia pendidikan Frando telah melahirkan banyak tokoh baik di level daerah hingga tingkat nasional. Di Ende, lulusan SMPK Frando tersebar dimana-mana dan memegang posisi penting  saat ini mulai dari Bupati, Sekda, bahkan Ketua DPRD, sementara pada level nasional terdapat nama-nama seperti Melki Laka Lena, Herman Herry, hingga tokoh sekelas Frans Seda.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Tentu tidak mudah bagi sebuah sekolah menghasilkan lulusan yang berkarakter dan mampu bersaing di dunia luar yang kompetitif. Sebagai bentuk syukur atas keberhasilan sekolah maka perayaan HUT tahun ini digelar meriah, salah satu dengan mengadakan Jalan Sehat yang melibatkan ribuan orang.

Jalan Sehat yang diadakan ternyata bukan sekedar kampanye hidup sehat. Ada faktor sejarah dibalik kegiatan itu. Kata Maria Margaretha Sigasare, ketua panitia HUT Frando tahun ini, rute kegiatan Jalan Sehat merupakan “jalan kenangan” para alumni dahulu ketika masih mengenyam pendidikan di Frando.

“Dulu kami jalan kaki ke sekolah. Tiap hari, pulang juga begitu. Itu seperti ‘jalan kenangan’ dengan teman-teman di Frando dulu,” kata Megi Sigasare (13/03/22). Berjalan kaki ke sekolah merupakan kebiasan sehari-sehari anak-anak pada zamannya baik di Frando maupun di sekolah lain.

Cerita Megi Sigasare dibenarkan para alumni Frando salah satunya Laurentius Gadi Djou, alumni angkatan 1983. Dahulu, kata pria yang akrab disapa Lori ini, anak-anak Frando berjalan kaki ke sekolah begitupun ketika pulang.

Saat itu dari rumah Lori di Jalan Irian Jaya, Kota Ende. Dia bangun pagi sekali dan paling tidak pukul 06.15 wita mulai berjalan kaki menuju sekolah.

Kalau pulang sekolah mereka akan berjalan secara berkelompok, biasanya kelompok teman akrab atau kelompok yang rumahnya berdekatan. Mereka akan menyusuri bibir pantai Ndao menuju Rumah Sakit SSPS lalu berhenti sejenak di Kodim. Di situ, kata Lori, dahulu ada pohon beringin tempat mereka berteduh.

“Jadi rutenya kalau pulang sekolah dari Ndao jalan ke Rumah Sakit SPSS naik ke atas, terus berhenti di sebelah atas kodim yang waktu itu pohon beringin semua. Berteduh di situ, terus naik ke Jalan Sudirman belok kanan ke (Jalan) Garuda terus ke atas,” tutur Lori Gadi Djou.

Meskipun jauh dan terik menyengat, nampaknya mereka sudah ketagihan senda gurau di perjalanan sehingga akan diulangi lagi esok hari. Bahkan kata Lori, ketika keluarganya telah menempati Rumah Jabatan di Jalan Eltari dia masih berjalan kaki ke sekolah.

Kebisaan jalan kaki ke sekolah juga dialami Megi Sigasare. Pada masa itu, alumni SMPK Frando angkatan 1985 ini tinggal di Jalan Yos Sudarso, Kota Ende. Dari rumah dia berjalan ke Jalan Perwira lalu menurun ke arah bibir pantai menuju SMPK Frando.

“Waktu itu rumah saya di (Jalan) Yos Sudarso, biasanya jalan terus singgah jemput teman ibu Etha Larasati, kemudian ke Perwira kami jemput lagi teman, ibu Faria Rasyid, terus jalan ke bawah terus menuju sekolah,” tutur Megi.

Capek tidak akan mereka rasakan, kata Megi. Selalu ada topik dan senda gurau ketika mereka menyusuri keindahan pagi, begitupun ketika pulang irama ombak akan menyemangati langkah mereka.

Menurutnya kebiasaan jalan kaki ke sekolah bukan hanya karena kendaraan umum masih jarang, melainkan karena cara mendidik anak pada masa itu yang enggan memanjakkan anak-anak. Kendati pun ada orangtua yang memiliki kendaraan, cukup sulit bagi mereka mengantar anak-anak ke sekolah. Anak-anak akan diminta berjalan kaki saja.

“Kalau saya ingat-ingat lagi sepertinya faktor utama bukan minim kendaraan umum. Itu lebih karena cara mendidik anak pada masa itu yang keras. Kami misalnya, memang ada kendaraan tetapi orangtua tidak akan kasih fasilitas-fasilitas itu untuk manjakkan kami,” ungkapnya.

Jalan kaki ke sekolah menjadi kenangan indah yang nampaknya hanya dimiliki oleh anak-anak sekolah pada masa itu. Karena itulah ketika Frando mengadakan Jalan Sehat dalam merayakan HUT, para alumni antusias mengikuti kegiatan.

Perayaan HUT SMPK Frateran Ndao ke 75 tahun dan HUT kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK) ke 150 tahun masih berlangsung hingga saat ini. Beberapa perlombaan termasuk lomba Futsal antar Sekolah Dasar masih berlangsung. Puncak kegiatan, kata Megi Sigasare, akan diadakan penggalangan dana untuk renovasi sekolah dibawah koordinasi ketua Ikatan Alumni Ndao (Ilunda).

(ARA/EN)