Kematian Babi di Ende Capai 465 Ekor Dalam Dua Bulan

Avatar photo
Peternakan Babi
Peternakan Babi

Warga Kabupaten tengah dihadapkan pada persoalan tingginya angka kematian ternak babi. Warga mengeluh lantaran ternak babi milik mereka mati secara cepat. Ternak mereka hanya mengalami sakit atau malas makan selama beberapa hari lalu mati satu per satu.

Salah satu warga Kota Ende di Kelurahan Mautapaga misalnya, kehilangan 7 ekor babi hanya dalam kurun waktu 1 Minggu. Aquino Demu pemilik 7 ekor ternak babi tersebut mengungkapkan, awalnya babi miliknya tidak menunjukkan gejala sakit melainkan hanya malas makan. Dua hari berselang, seluruh ternak babi miliknya mati satu per satu.

Menurut Aquino, saat mendapati 2 ekor babi miliknya mati, dirinya berupaya mencarikan pengobatan agar 5 ekor sisanya dapat diselamatkan. Namun,  beberapa jenis obat yang digunakannya tidak berhasil menyembuhkan ternak babi miliknya itu. Sebanyak 5 ekor sisanya juga mati pada hari-hari berikutnya.

Maraknya kematian babi di Kabupaten Ende diakui oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ende. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, dokter hewan Said Karim Djohar (13/7/20), angka kematian ternak babi pada beberapa bulan terakhir amat tinggi, diluar kewajaran.

Dalam wawancara dengan Ende News juga terungkap, dalam kurun waktu dua bulan yakni bulan Mei hingga Juni 2020, angka kematian ternak babi di Kabupaten Ende mencapai 465 ekor.  Tingkat kematian ternak babi tertinggi tercatat di 3 wilayah. Wilayah dimaksud adalah Kecamatan Maukaro dengan 185 kasus kematian, menyusul berturut-turut Kota Ende dan Detusoko Barat.

Angka tersebut masih terbuka kemungkinan akan bertambah, mengingat data bulan Juli masih dalam pengumpulan.

Selain itu, pada awal bulan Juli, angka kematian ternak babi di wilayah Kecamatan Nangapanda juga mulai alami peningkatan. Karenanya dalam waktu dekat pihak Dinas Pertanian berencana melakukan pemeriksaan ternak di Kecamatan tersebut.

Dikatakan dokter hewan Said Djohar, terkait penyebab tingginya angka kematian ternak babi di Kabupaten Ende, pihaknya belum dapat memastikan. Diakuinya, memang sekarang ini tengah merebak virus African Swine Ferer (ASF) di Kabupaten Sikka. Namun, diperlukan uji laboratorium untuk memastikan dugaan tersebut.

Guna memastikan penyebab kematian, Dinas Pertanian telah mengumpulkan puluhan sampel yang ambil secara random dari beberapa wilayah. Sekarang ini sampel-sampel tersebut telah dikirim menjalani pemeriksaan laboratorium di Denpasar. Terkait kapan hasil pemeriksaan dikeluarkan, pihaknya belum dapat memastikan

Tingginya angka kematian babi tergolong membingungkan sebab berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Ende telah mengeluarkan Instruksi Bupati Ende tentang pelarangan babi atau dagingnya masuk ke Kabupaten Ende. Aturan tersebut dikeluarkan guna mencegah penyebaran virus ASF, yang diterbitkan sebelum ditemukan adanya kasus ASF di Sikka. (ARA/EN)