Kocak, Ema Gadi Djou Puyeng Gegara Mia Salah Baca Ramalan

Avatar photo
Herman Josef Gadi Djou (Ema) dan isterinya, Maria Aloysia Parera Gadi Djou atau Mia foto bersama di depan rumah jabatan Bupati Ende (foto : buku 75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou)
Herman Josef Gadi Djou (Ema) dan isterinya, Maria Aloysia Parera Gadi Djou atau Mia foto bersama di depan rumah jabatan Bupati Ende (foto : buku 75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou)

Cerita cinta selalu dibumbui intrik dan senyuman, ada pertentangan, ada kasih, tentu saja sekalian dengan cerita-cerita jenaka yang mengitarinya. Itu hal lumrah dalam hubungan percintaan disaat sepasang kekasih menyulam perbedaan diantara mereka, dan cerita semacam itu dialami juga oleh pasangan Herman Josef Gadi Djou (Ema) dan isterinya, Maria Aloysia Parera Gadi Djou atau Mia.

Ada saja cerita-cerita jenaka yang terjadi ketika pasangan itu masih merajut hubungan cinta alias berpacaran. Diceritakan Mia Gadi Djou (75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou, 2012), pernah sekali waktu dia salah baca ramalan bintang dan bikin Ema pusing tujuh keliling gegara itu. Saking puyengnya Ema sampai gadai baju kemeja yang belum lama dibelinya.

Cerita jenaka itu terjadi kala mereka berpacaran dibangku kuliah. Ema kuliah di Jogya sementara Mia di Solo. Keduanya sering saling mengunjungi apabila liburan atau tengah kelimpahan rezeki. Namun mendadak saja jadwal kunjungan mereka berubah lantaran Mia salah baca ramalan bintang.

Suatu kali ketika kantongnya lagi kere Mia membaca ramalan bintang dan menemukan kondisi keuangan orang-orang berbintang Aries “memuaskan”. Mia yang kala itu amat mempercayai ramalan bintang langsung sumbringah. Tentu saja dia girang, kekasihnya Ema Gadi Djou berbintang Aries. Tanpa berpikir dua kali dia langsung cari pinjaman menuju Yogya.

“Satu kali, pas lagi tidak punya uang, saya membaca di ramalan bintang bahwa bintang Aries ‘keuangan memuaskan,’ cerita Mia Gadi Djou (75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou, 2012 : 27). “Tanpa pikir panjang, saya meminjam uang teman kos, naik kereta api ke Yogya,” sambungnya.

Tiba di tempat Ema dari jauh Mia melihat kekasihnya itu sedang menapis beras hendak masak nasi. Mia lalu mendekat dan ketika menyapa Ema dia malah dicuekin. Kaget, tersinggung, airmatanya langsung jatuh, campur aduk perasaan Mia saat itu.

“Ketika sampai, saya didiamkan saja, disapa dengan setengah hati. Saya sangat tersinggung karena oleh si Ema dianggap angin saja. Saya pun menangis, padahal saya kurang suka menangis”.

Setelah situasi reda baru Mia tahu rupa-rupanya Ema kebingungan dan jengkel lantaran saat itu dia juga lagi kere.  Ema hanya memiliki beras satu mok tanpa uang sepeserpun, kata Mia. “Ramalan bintang meleset jauh”.

Namun Mia mengenal Ema sebagai sosok yang selalu memiliki jalan keluar. Pasangan kekasih ini kemudian berembuk lalu Ema putuskan menjual baju kemeja yang baru dibelinya. Kemeja itu dibeli Ema seharga Rp 75 dan dijual kembali dengan harga Rp 50. “Uang hasil penjualan hem (kemeja) dibagi dua, dua puluh lima untuk saya dan dua puluh lima lagi untuk si Ema”.

Berkorban untuk gadis yang dia cintai nampaknya begitu indah dirasakan Ema, uang Rp 25 bagiannya masih dia gunakan membeli tiket kereta api untuk Mia dan mentraktirnya.

Cerita jenaka pasangan ini ternyata tak sampai disitu saja. Tiket yang dibeli Ema hilang ketika Mia menunggu kereta api, Ema tentu saja puyeng lagi dan jengkel lagi. Tetapi seperti kata Mia, kekasihnya itu sosok yang cepat sekali meredakan amarah. Dia lalu membeli lagi tiket untuk Mia.

Kisah Mia Gadi Djou dia sangat mempercayai ramalan bintang ketika masih remaja, berbeda dengan Ema yang menganggapnya sambil lalu. Gegara ramalan bintang Mia bahkan sempat heran tentang hubungan mereka karena Ema berbintang Aries sedangkan dia berbintang Virgo, kurang cocok menurut ramalan. “Tetapi si Ema bilang jangan percaya ramalan,” cerita Mia.

Setelah Ema menyelesaikan tugas-tugas kenegaraannya sebagai Bupati Ende dan membesarkan Uniflor, Mia dan Ema mengisi hari-hari tuanya dengan membaca ramalan bintang. “Sekarang gantian anak-anak yang sibuk, jadilah saya dan si Ema yang mengisi waktu dengan membaca perbintangan dan persioan”. (ARA/EN)