Lagu “Ende Deku Dengu” Milik Siapa? Begini Sejarahnya

Avatar photo
Musisi legendaris Kabupaten Ende, Ferdy Levi (kiri) dan Yakobus Ari (kanan), saat ditemui di kediaman masing-masing (26 dan 29 November 2021)
Musisi legendaris Kabupaten Ende, Ferdy Levi (kiri) dan Yakobus Ari (kanan), saat ditemui di kediaman masing-masing (26 dan 29 November 2021)

Baru-baru ini Lagu Ende Deku Dengu menjadi topik hangat di media sosial. Melalui WhatsApp, Facebook ataupun Youtube, warga Kabupaten Ende berdebat panjang tentang siapa sebenarnya pencipta lagu. Perdebatan membelah warga ke dalam dua kubu, ada yang mengatakan lagu itu milik Yakobus Ari dan ada yang menyatakan milik Ferdy Levi.

Perdebatan terjadi setelah DPC Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu (PAPPRI) Kabupaten Ende, yang meng-arransement ulang lagu tersebut menguploadnya di kanal Youtube, @DPC PAPPRI ENDE. Dalam postingan @DPC PAPPRI Ende tertulis, pencipta lagu Ferdy Levi, lirik Yakobus Ari. Hal itu menimbulkan perdebatan.

Ketua DPC PAPPRI Ende, Aries Putra Lawa, membenarkan terjadinya perdebatan. Kata dia, perdebatan yang tidak terduga itu membelah publik ke dalam dua kubu dan mengenai hal tersebut, DPC PAPPRI Ende tidak melakukan kesalahan penulisan nama pencipta.

“Ada perdebatan di WA, Facebook, di Youtube juga ada yang tulis. Ada yang bilang itu lagunya pak Yakobus Ari tetapi ada juga yang mengatakan Ferdy Levi punya. Debatnya disitu,” jelas dia (29/11/21).

“Kami menulis (nama pencipta) berdasarkan buku (alm) Sisko Balu dengan Jack Peu, Kumpulan Lagu-lagu Ende Lio, termasuk lagu saya Ende Lio Sare Pawe ada di situ, di dalam buku tertulis jelas lagu itu penciptanya Ferdy Levi, pak Yakobus Ari liriknya. Kita ada sumbernya bukan asal tulis,” lanjut Aries Lawa.

Perdebatan ini tentu saja menarik sebab menjadi kali pertama bagi masyarakat Kabupaten Ende mempertanyakan sejarah sebuah lagu. Memang, Ende Deku Dengu bukanlah sembarang lagu. Lagu ini sudah semacam himne bagi orang Ende selain lagu Embu Nggoro karya Frans Dale, dan mungkin karena itu asal-muasalnya mesti jelas.

Untuk memperjelasnya Ende News menemui dua orang yang sering dikait-kaitkan dengan lagu Ende Deku Dengu, Yakobus Ari dan Ferdy Levi.

Yakobus Ari, pria yang kini berusia 81 tahun, ternyata telah mengetahui perdebatan di media sosial. Dia mengaku dinformasikan orang-orang terdekatnya beberapa waktu lalu. Menengahi perdebatan, jawaban Yakobus Ari sederhana, “Lagu itu lagunya Levi (Ferdy Levi), liriknya saya,” ungkap Yakobus Ari saat ditemui di kediamannya (26/11/21).

Musisi senior Kabupaten Ende tersebut kemudian bercerita tentang proses pembuatan lagu. Penuturan Yakobus Ari, lagu Ende Deku Dengu diciptakan sekitar tahun 80-an atas permintaan bupati saat itu, Yohanis Pake Pani. Permintaan bupati waktu itu tidak ditujukan kepadanya melainkan kepada ponakannya, Ferdy Levi. Ferdy Levi diminta bupati Pake Pani menciptakan himne Kabupaten Ende khusus untuk pemuda pemudi.

“Diciptakan tahun 80-an, waktu itu bupati Anis Pake Pani. Bupati Anis Pake Pani meminta pak Ferdy Levi membuat lagu untuk Ende istimewanya untuk pemuda pemudi,” jelasnya. Ferdy Levi kemudian memenuhi permintaan dengan membuat arransement atau melodi lagu, lanjutnya.

Setelah itu melodi lagu yang telah dibuat Ferdy Levi diserahkan kepada Yakobus Ari untuk diisi liriknya. “Levi lalu membuat (arransement) lagu, lagu itu dibawa ke saya… Saya harus pasang kata-kata (lirik)”.

Yakobus Ari mengisi seluruh lirik lagu mulai dari judul, reff, hingga selesai, sekitar dua hari kerja. Lirik lagu sepenuhnya adalah puji-pujian bagi Kabupaten Ende. Penuh makna, lagu Ende Deku Dengu, diakuinya sebagai hasil permenungan yang menceritakan keindahan kampung halaman. Itu diceritakannya secara detail sambil mengartikan lirik.

“Syairnya itu pujian tentang Ende, kata demi kata,” lanjutnya, “keka ku wonga wole, alo dau pere more, artinya, kota ku/halaman ku penuh bunga, siapapun menoleh pasti memuji “.

Keka ku tu’a su’a, benda ku wiku wea, artinya negeri ku kuat bagai besi, berkilau seperti emas,” jelasnya.

Setelah itu kami menemui Ferdy Levi, pria yang diceritakan Yakobus Ari sebagai orang yang diminta bupati membuatkan lagu tersebut. Ferdy Levi nampak tak sebugar Yakobus Ari ketika ditemui. Akibat stroke yang dideritanya sejak tahun 2008 kondisi Ferdi Levi terus menurun. Ingatannya berkurang, fisiknya menurun dan dia harus berada di kursi roda semenjak beberapa tahun lalu.

Kendati demikian, hal-hal penting tentang pembuatan lagu masih membekas di ingatannya. Ia membenarkan cerita Yakobus Ari bahwa lagu itu diminta Bupati Ende saat itu Yohanis Pake Pani. Tambah Levi, saat itu bupati memintanya membuatkan himne Kabupaten Ende.

Himne berbeda dengan mars, lanjutnya. Himne merupakan lagu yang liriknya berisi puji-pujian atau sanjungan sedangkan lirik mars berisi ajakan. “Himne itu pujian. Mars, ajakan,” kata Ferdy Levi (29/11).

Dia menyanggupi permintaan bupati dan menyelesaikan melodi lagu dalam waktu dua hari. Melodi, sambungnya, merupakan salah satu unsur dalam sebuah lagu, satu unsur lagi adalah lirik (syair). Untuk lirik dia minta kepada Yakobus Ari mengisi lirik ke dalam melodi yang telah dia buat.

Lagu himne Ende Deku Dengu pun berhasil dibuat dan menjadi salah satu lagu sepanjang masa di Kabupaten Ende. Lagu itu dinyanyikan dalam berbagai acara baik formal atau informal dari generasi ke generasi sejak tercipta.

Mengenai polemik yang sempat terjadi, Yakobus Ari dan Ferdy Levi memang sempat kaget, tetapi lebih dari itu keduanya berterimakasih atas perhatian warga Kabupaten Ende, di manapun berada, telah memperhatikan karya mereka.

Lebih jauh lagi, ketua PAPPRI Ende, Aries Putra Lawa, mengatakan perdebatan lagu Ende Deku Dengu menjadi pelajaran agar menghargai karya para musisi. Sambungya, dalam situasi dimana karya seseorang dapat diduplikasi dan menghasilkan keuntungan, proteksi terhadap karya musisi Ende menjadi perhatian serius yang perlu dicarikan jalan keluar.

“Perdebatan itu membuktikan masyarakat sudah peduli. Nah, harapan ke depan, jangan sampai kita seenaknya mengambil karya orang apalagi sampai mengambil keuntungan. Itu yang kita sesalkan. PAPRI ke depan akan konsen benar menyelamatkan karya musisi Ende,” kata Aries Lawa. (Agustinus Rae/EN)