Ende  

Masa Muda Erik Rede : Loper Koran yang Sanggup Beli Mobil

Avatar photo
Erikos Emanuel Rede (kanan) bersama ibunda, saat ditemui di kediamannya (22/09/21)
Erikos Emanuel Rede (kanan) bersama ibunda, saat ditemui di kediamannya (22/09/21)

Nama Erik Rede tengah santer dibicarakan publik di Ende. Namanya kian beken lantaran jadi salah satu calon Wakil Bupati Ende, sisa masa jabatan 2019-2024.

Sosoknya cukup populer saat ini, ada yang mengenalnya sebagai wakil ketua DPRD, ada juga yang kenal Erik sebagai ketua Nasdem Ende. Memang, mayoritas publik lebih mengenal Erik dalam kapasitas mentereng. Atau dengan kata lain, hanya sedikit yang mengetahui perjalanannya hingga ke tahap itu, termasuk masa mudanya saat menjadi loper koran.

Dunia loper koran adalah kehidupan Erik di masa muda. Pada masa itu, loper koran, bukan pekerjaan musiman bagi Erik. Itu pekerjaan tetap yang dia geluti kurang lebih selama 9 tahun. Saking konsistennya, pekerjaan loper koran, bikin Erik sanggup beli mobil.

Cerita Erik Rede, pekerjaan sebagai loper koran dia geluti saat masih di bangku Sekolah Menengah Atas, di Kota Kupang. Awalnya pekerjaan itu untuk menjawab problem ekonomi khas pelajar di tanah rantau.

“Saya dulunya loper koran… Awal jadi loper koran karena lapar, tidak ada makan waktu itu,” ungkapnya, ketika ditemui media ini di kediaman, tanggal 22 September 2021.

“Memang harus kerja keras karena bukan dari keluarga kaya. Bapak petani, mama juga begitu. Jadi waktu di Kupang harus berusaha”.

Keputusan menjadi loper bukan sesuatu yang terencana melainkan insidental. Semua bermula ketika dia bertemu dengan tetangganya yang kala itu duluan jadi loper koran. Tanpa pikir dua kali dia kemudian minta ikut jadi loper koran.

“Waktu itu saya duduk di depan trotoar, saya lihat ada tetangga dengan sepeda bawa dengan koran. Lalu saya minta (koran), saya ikut jadi loper koran”.

Tuntutan pekerjaan ini cukup berat. Erik, yang belum miliki kendaraan, harus jalan kaki mengantar koran ke langganan. Setelah itu dia juga mesti keliling jual koran yang terbit di hari itu.

“Di punggung saya koran, majalah, semua. Saya jalan kaki dalam satu hari belasan kilo, antar langganan dari rumah ke rumah, kantor ke kantor”.

Bagi Erik muda itu adalah aktifitas rutin sejak SMA hingga bangku kuliah. Di luar itu dia menjalani kegiatan sebagai aktivis mahasiswa.

Namun, kendati melelahkan dan menguras waktu, penghasilan loper koran ternyata amat menggairahkan. Erik mengaku setiap bulan dirinya menghasilkan rata-rata Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Angka yang cukup fantastis pada masa itu.

Dari penghasilan loper koran Erik Rede sanggup membeli mobil yang, dia gunakan mengangkut koran dan aktivitas lain seperti di perkuliahan. Tentu saja membanggakan sebab mobil, termasuk aset super mewah saat itu.

“Di kampus saya, yang punya mobil hanya tiga orang, Pater Yan Menjang, doktor Remon da Lopez dosen kami kebetulan dia wakil ketua DPRD Kota Kupang, dan mobil saya,” kenang Erik sambil tertawa.

Dirinya tidak pernah menyangka perjuangan masa muda nan keras akan membawanya jauh ke atas, sebagai ketua Nasdem Ende, wakil ketua DPRD, dan calon Wakil Bupati Ende. (ARA/EN)