Mengenal Frans Gedowolo, Bupati Ende Berlatar Belakang Militer

Avatar photo
Letkol Frans Gedowolo saat aktif di militer dan momen pelantikannya sebagai sebagai Bupati Ende
Letkol Frans Gedowolo saat aktif di militer dan momen pelantikannya sebagai sebagai Bupati Ende

Adakah Bupati Ende dari kalangan militer? Jika pertanyaan itu terlontar maka orang Ende akan menjawab tegas: Ada. Namanya Letnan Kolonel (Letkol) Frans Gedowolo.

Frans Gedowolo adalah Bupati Ende kelima yang memimpin sejak tahun 1994 hingga tahun 1999. Selama menjabat sebagai Bupati Ende dia terkenal dengan program Tri Sukses Pembangunan.

Frans Gedowolo lahir di Jogya tanggal 2 September 1938. Ayahnya adalah seorang pejuang yang tewas di medan perang sementara ibunya merupakan warga biasa yang berasal dari Kecamatan Wolowaru.

Tutur isteri dari Frans Gedowolo, Yosefina Made Rosini, menginjak usia 4 tahun Gedowolo kecil dibawa oleh ibunya kembali ke Ende.

Tiba Ende mereka sempat tinggal beberapa waktu di Wolowaru sebelum akhirnya pindah ke Kota Ende. Di Kota, mereka bermukim di Jalan Cendana, Kota Ende, rumah yang didiami Frans Gedowolo hingga saat ini.

Kendati hidup sederhana pendidikan Frans Gedowolo amat diperhatikan oleh ibunya. Dia disekolahkan oleh ibunya. Frans Gedowolo menyelesaikan bangku pendidikan di Kota Ende.

Namun, usai sekolah, dia membuat keputusan penting yang membuat ibundanya cenat-cenut. Frans Gedowolo secara diam-diam berangkat ke Yogya ikut pendidikan militer. Kenang Made Rosini, kala itu ibunda Frans Gedowolo amat berang. Ia seolah tak rela kerasnya pendidikan militer yang akan diikuti putra tunggalnya itu.

“Mama (ibunda Frans Gedowolo), ceritanya, marah-marah saat itu,” ungkapnya (02/10/20).

Ternyata komitmen Frans Gedowolo berbuah manis. Beberapa tahun berselang dia kembali ke Ende dengan seragam militer. Pangkatnya saat itu Prajurit Dua (Prada). Kedatangan Gedowolo tentu bikin heboh. Keluarga dan tetangganya bangga bukan main.

Di dunia militer, karir Frans Gedowolo diawali pada tahun1958 ketika menjadi komandan regu di Singaraja, Bali. Pada tahun 1962 karirnya mulai menanjak saat terpilih menjadi komandan seksi mortir di Singaraja (Bupati Ende Dari Masa ke Masa, 2011).

Karirnya terus menanjak setelah itu dan sempat mendapat penugasan di beberapa daerah. Dia sempat ditempatkan di Kompi C Ende pada 1969. Waktu itu Frans Gedowolo berpangkat Letnan Dua (Letda). Tahun 1974 dia ke Kupang menjadi PASI 4 di Kodim Kupang, kemudian menjadi PASI 1 pada 1976. Tiga tahun berselang dia dipercayakan menjabat KASI 3 di Korem Kupang, lalu diangkat menjadi Kasdim di Kefamenanu pada 1981.

Setelah melalang buana dengan segudang pengalaman dia kembali ke Ende. Gedowolo, dipercayakan menjabat Kasdim di Ende. Pangkatnya saat itu Letnan Kolonel (Letkol).

Kendati berprestasi namun puncak karirnya tidak dia raih di militer. Sebaliknya, Gedowolo, mendapatkan itu ketika dikaryakan di sipil.

Mulanya, memasuki usia pensiun, Gedowolo mendapat kepercayaan atasannya menjadi anggota DPRD Ende dari Fraksi ABRI (sekarang fraksi ini dihilangkan). Istilah militer kala itu, “dikaryakan”.

Gedowolo pun akhirnya menjabat sebagai anggota DPRD Ende mulai tahun 1986. Di gedung dewan, ternyata dia memiliki “taji”. Dia berhasil menjadi Wakil Ketua DPRD satu tahun berselang.

Dari waktu ke waktu karya Gedowolo di gedung dewan ternyata dilirik oleh partai lain. Hal itu terlihat ketika pada suksesi pemilihan Bupati Ende tahun 1994 namanya diusulkan oleh Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Politisi senior PDI Ende (sekarang PDIP), Lukas Lege, masih mengingat jelas bagaimana partainya memperjuangkan Frans Gedowolo.

“Waktu itu kami, PDI, usul Frans Gedowolo. Kami lawan Mus Wolo. Mus Wolo itu yang usung Golkar,” kata Lukas Lege (03/10/20).

Zig-zag politik pun tak terhindarkan. Waktu itu, Bupati Ende dipilih oleh dewan, belum dipilih langsung masyarakat. Cerita Lukas Lege, walaupun hanya memiliki satu kursi di dewan, PDI berhasil memenangkan Frans Gedowolo. Strateginya, kenang Lukas, menggabungkan kekuatan PDI dengan ABRI di dewan dan memecah Golkar.

Frans Gedowolo dilantik menjadi Bupati Ende kelima, periode 1994 hingga 1999. Dia menggantikan Bupati terdahulu, Yohanis Pake Pani.

Selama menjabat Bupati Frans Gedowolo terkenal dengan program Tri Sukses Kabupaten Daerah Tingkat II Ende. Tri Sukses ini meliputi, sukses 7 program strategis Provinsi NTT, sukses 6 program praktis, dan sukses benah desa (Membangun Ende Sare, 2005).

Selama menjabat dia juga dikenal disiplin dan sederhana. Penuturan Gerfasius Mali, mantan ajudan Frans Gedowolo (01/10/20), aspek disiplin Gedowolo sepertinya terbentuk sejak lama. Gerfasius menduga itu karena alam hidupnya di militer.

“Beliau sangat disiplin. Jam berapa mesti ke kantor, ketemu orang, rapat, semua harus tepat waktu. Itu yang beliau tekankan”.

Mengenai kesederhanaannya, aku Gerfas, Gedowolo amat ketat membedakan urusan rumah tangga dan urusan dinas. Gedowolo tidak mau ambil untung lewat jabatan. “Mana urusan rumah, mana kantor, beliau pisahkan. Mana hak orang, mana hak saya. Dia kembali ke rumah (habis masa jabatan) itu, ‘Nol’ (tidak dapat apa-apa)”.

Kedisiplinan Gedowolo juga diakui oleh mantan Bupati Ende Paulinus Domi (04/10/20). Kala Gedowolo manjabat, dia adalah salah satu pimpinan Organisasi Perangkat Daerah. Selain Disiplin, Gedowolo, ungkapnya memiliki sifat “kebapa-an” yang tinggi.

Pengakuan mantan ajudan dan staf ASN Ende saat itu dibenarkan oleh keluarga. Herman Gedowolo, putra sulung Frans Gedowolo, mengatakan, karakter disiplin dan sederhana sudah melekat pada ayahnya sejak masih di militer. Mereka, anak-anak Frans Gedowolo, dididik dengan gaya itu. Kendati disiplin, kata dia, Gedowolo tetaplah figur penyayang. (Agustinus Rae/EN)