Perjalanan Politik Marsel Petu, Dari Ormas Hingga Parpol

Avatar photo
Marselinus Y. W. Petu
Marselinus Y. W. Petu

Marselinus Y. W. Petu merupakan Bupati Ende yang ke 8. Dia menjabat sejak tanggal 7 April 2014, sebelum akhirnya diganti karena meninggal dunia pada 26 Mei 2019.

Marsel Petu, yang lahir pada 31 Oktober 1963, merupakan alumni SDN Ende 2, SMP Frateran Ndao, dan SMAK Syuradikara.

Dari Syuradikara Marsel putuskan melanjutkan studi di luar Kabupaten Ende. Menurut Konselus Lamak (28/5/19) sahabat karib Marsel Petu, setelah tamat Sekolah pada 1983, mulanya Marsel memilih melanjutkan studi di Jakarta.

Marsel sempat beberapa bulan di Jakarta, kata Konselus Lamak, sebelum akhirnya hijrah ke Malang pada 1983. Di Malang, Marsel berkuliah di Institut Teknologi Nasional (ITN), jurusan Aristek.

Kons, sapaan akrab Konselus Lamak bersahabat baik dengan Marsel sejak tiga tahun bersekolah di SMA Syuradikara. Ketika Marsel pindah ke Malang, keduanya bertemu kembali. Mereka satu kontrakan, tapi beda tempat kuliah.

Keranjingan Organisasi

Saat di Malang, kontrakan Marsel merupakan tempat kumpul mahasiswa asal Flores terutama dari Ende dan Sikka. Karena jadi tempat kumpul maka irit tentu tak mungkin, cerita Kons.

Marsel kala itu dikenal tenang, ramah, dan rela berkorban. Dia rela berbagi kepada teman-temanya meski nantinya, diujung cerita, dirinya kelaparan.

Di Malang jugalah Marsel perlahan akrab dengan Lori Gadi Djou. Mereka mulai dekat sejak tahun 1983, kala Lori kelas 1 SMA dan Marsel mahasiswa semester 1. Persahabatan ini kian akrab ketika Lori menjadi mahasiswa.

Selama hidup bersama Marsel di Malang, sama seperti Kons, Lori mengenalnya sebagai sosok yang solider dan rela berkorban.

“Kami banyak berurusan dengan masalahnya orang lain,” kata Lori Gadi Djou (29/5/19).

Karena karakter ini Marsel dipercaya oleh teman-temannya sebagai ketua paguyuban Ende di Malang pada 1984-1985.

Selain itu Marsel aktif di Senat Mahasiswa Fakultas Arsitek dan sempat dipercayakan sebagai ketua Senat. Nama Marsel Petu juga tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di fakultas tersebut.

Keaktifan di organisasi ini pada mulanya dipacu oleh beberapa senior, yang kala itu anggota PMKRI, kata Lori. Sering bercerita dengan senior membuat mereka berangsur-angsur masuk ke dalam diskusi serius. Lalu keranjingan organisasi setelahnya.

Berbagai kegiatan digeluti. Marsel bahkan termasuk salah satu inisiator Kelimutu Cup di Malang, kompetisi sepakbola yang eksis hingga saat ini.

Mereka sangat aktif berorganisasi dan dikenal sebagai “Kelompok Ijen”, kata Lori. Nama ini diambil karena letak kontrakan mereka yang berlokasi di Ijen. Kelompok Ijen berhasil membentuk satu organisasi baru yang namanya, Nusratib.

“Yang isinya orang Ende, tambah Maumere, tambah Sumba dan sebagainya,” ingat Lori.

Tahun 1992 Marsel dan beberapa rekannya masuk KNPI. Lori termasuk didalamnya. Tambah Lori, saat di KNPI inilah dirinya bersama Marsel mulai berkenalan dengan politik.

Marsel Masuk Parpol

Tahun 1994 Marsel Petu diwisuda dan meraih gelar sarjana dari Fakultas Arsitek ITN Malang. Dengan gelar tersebut ia balik ke Ende pada tahun yang sama.

Selama di Ende sarjana muda Marsel Petu sempat mengajar di Fakultas Teknik Univesitas Flores. Namun, tak berlangsung lama. Satu tahun berselang Marsel mendirikan CV. Sa’o Ria Plan pada 1995.

Suata ketika masih di tahun yang sama, Marsel berangkat lagi menuju Malang. Kali ini untuk mengurus ijazah.

Sembari menyelesaikan urusan tersebut, ternyata Marsel menemui seorang pria. Dia adalah Heri Wadhi.

Heri, yang kala itu baru saja menyelesaikan kuliah, ditemui Marsel untuk memintanya bergabung, sama-sama bersarkan Sa’o Ria Plan di Ende. Heri setuju dengan ajakan Marsel.

Diluar Heri, terdapat pula beberapa alumni Malang yang diajak Marsel, kata Heri (29/5/19). Visinya agar Sa’o Ria Plan menjadi tempat mencari pengalaman, sekaligus batu loncatan bagi para sahabatnya.

Tak disangka Sa’o Ria Plan cepat berkembang. Pada 1996 atau satu tahun setelah didirikan, Sao’ Ria Plan telah menerima puluhan pekerjaan. Dan kemajuan ini terus bertahan.

Di tahun 1996 itu juga, Marsel akhirnya memutuskan berumah tangga. Ia menikah dengan Matilda Gaudensia Ilmoe, yang nantinya dikaruniai 3 orang anak.

Pada 1998 barangkali merasa Sa’o Ria Plan telah mapan, ia memutuskan melanjutkan karier di partai.

“Ketika itu kami diajak oleh para senior Golkar. Pak Herman Rea, pak Paulinus Domi, termasuk juga almarhum pak Yos Sigasare yang ajak kami”, cerita Heri.

Lika-liku Berpolitik

Pada Pemilu tahun 1999, Marsel Petu maju sebagai Caleg dan lolos jadi anggota legislatif. Dengan lolosnya Marsel, maka ditunjuklah Heri Wadhi sebagai pelaksana Sa’o Ria Plan.

Pada masa ini fokus perhatian Marsel terpusat pada dua ruang, DPRD dan Golkar Ende. Khusus di Golkar, dirinya menempati posisi bendahara partai, kala itu diketuai Lipus Suna.

Pada Pemilu 2004 Marsel maju lagi namun tidak lolos. Penyebabnya, mekanisme keterpilihan yang berdasarkan nomor urut. Saat itu perolehan suara Marsel merupakan yang tertinggi diantara seluruh Caleg, namun apa mau dikata, dia nomor urut 3.

Akan tetapi karirnya tetap berlanjut, Marsel kemudian terpilih menjadi ketua Golkar, masih di tahun 2004.

Empat tahun memimpin Golkar, Marsel lantas membuat keputusan mengejutkan. Maju sebagai calon Bupati Ende di Pilkada 2008. Marsel nekat maju sebagai calon Bupati, didampingi calon Wakil Bupati, Stef Tani. Nama paket mereka, “Petani” (Petu-Tani).

Ini terbilang nekat sebab modalnya kala itu tidak mumpuni. Popularitas kecil, bukan anggota dewan, basis belum terbentuk merata, belum lagi soal cost politik.

Namun, salah satu orang terdekat Marsel yakni Melki Laka Lena, punya hitung-hitungan tersendiri. Melki beranggapan, majunya Marsel pada 2008 karena Marsel mengerti rumusan, “investasi politik”.

“Jadi, walau 2008 itu kalah dari Don Wangge, tapi paling tidak, orang sudah tahu bahwa ada satu anak muda, politisi, yang namanya Marsel Petu,” kata Melki (28/5/19).

Dan benar saja apa yang dikatakan Melki Laka Lena. Dalam Pileg beberapa waktu berselang, Golkar Ende mendapat bonus Pilkada 2008. Tidak sampai di situ, nama Marsel Petu juga makin dikenal, hingga berujung kemenangan pada Pilkada 2013.

Berpasangan dengan calon Wakil Bupati Djafar Achmad (paket MJ), Marsel menang dalam perhitungan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Kabupaten Ende.

Tanggal 7 Desember 2013 Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ende menetapkan Paket Marsel-Djafar sebagai pemenang Pilkada. Marsel Petu dan Djafar Ahmad selanjutnya dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Ende pada 7 April 2014.

Menurut kader Golkar Ende, Heri Wadhi dan Magi Sigasare, kemenangan Pilkada 2014 melalui proses kampanye yang tak sesulit ketika Marsel Petu maju pada Pilkada sebelumnya.

Namun, keduanya tak pernah tahu, Marsel sebenarnya menyimpan persoalan pelik yang dalaminya. Marsel hanya bercerita kepada istri, Mathilda Ilmoe.

Menurut Mathilda Ilmoe kondisi dibalik layar sebenarnya amat sulit.

“Kita susah uang. Dari (Paket) Petani (pada 2008), sampai periode pertama 2013 itu kita juga uang tidak ada,” kata Mathilda Ilmoe (4/7/19).

Sebenarnya, Mathilda tak terlalu setuju ketika Marsel memutuskan berpolitik pada 1998. Namun hatinya luluh saat mendengar penjelasan Marsel. Dari situ dia putuskan mendukung niat Marsel hingga terpilih pada 2013.

Pada perjalanan selanjutnya, Mathilda setia mendampingi Marsel hingga suaminya itu terpilih kembali untuk periode kedua, 2019-2024.

Marsel Petu dan Djafar Ahmad kembali dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati pada 7 April 2019. Keduanya dilantik oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat, di Aula Kantor Gubernur, berlokasi di Kota Kupang.

Perjalanan Tugas yang Terakhir

Tanggal 23 Mei 2019, dalam posisi sebagai Bupati Ende, Marsel Petu melakukan perjalanan dinas ke Kota Kupang. Tak disangka ini merupakan perjalanan tugas terakhir baginya.

Beberapa hari berselang, tepatnya 26 Mei 2019, Bupati Marsel mendadak tak sadarkan diri (pingsan), ketika berdiskusi. Dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Siloam, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

Jenazah Marsel Petu dibawa kembali ke Kota Ende tanggal 27 Mei 2019.  Tanggal 29 Mei beliau dikmakamkan di Pekuburan Onekore, Kota Ende. (Agustinus Rae/EN)