Religi  

Renungan Katolik: “Kata-kata yang Menghidupkan”

Avatar photo
shsths
Oleh Fr . M. Yohanes Berchmans, Bhk – Ka SMPK Frateran Ndao-Ende
Oleh Fr . M. Yohanes Berchmans, Bhk – Ka SMPK Frateran Ndao-Ende

“Ia mengajar dengan kata-kata yang penuh kuasa”

SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan!

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 4: 31 – 37, yakni tentang Yesus Dalam Rumah Ibadat di Kapernaum. Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan oleh Yesus di rumah ibadat di Kapernaum?

Ada dua peristiwa yang dilakukan oleh Yesus di sana, yakni, pertama, Ia mengajar di sana, dan membuat orang takjub mendengar pengajaranNya. Mengapa orang takjub? Sebab Ia mengajar dengan kata-kata yang penuh kuasa.

Kedua, Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan. Namun, yang menarik adalah bahwa setan mengenal Yesus yang adalah Yang Kudus dari Allah. Namun demikian,  Yesus menghardik setan itu, kataNya: “Diam, keluarlah dari padanya”. Maka setan itu pun keluar dari padanya.

Hal itu juga membuat orang takjub dan berkata: “Alangkah hebatnya perkataan ini”. Dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh roh jahat, dan mereka pun keluar.

Bagaimana dengan kita? Sebagai murid Yesus, kita pun harus memiliki kata-kata yang penuh kuasa. Kata-kata yang menghidupkan dan bukan sebaliknya kata-kata yang mematikan. Bahwa setiap kata-kata kita memiliki kekuatan, yang bisa menghidupkan dan juga bisa mematikan.

Kata-kata yang menghidupkan, apabila keluar dari mulut kita adalah kata yang konstruktif, kata-kata yang positif, kata-kata yang memuji, kata-kata yang memotivasi, kata-kata yang penuh kasih sayang.

Sebaliknya, kata-kata yang mematikan yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang destruktif, kata-kata yang negatif, kata-kata yang mencela, menghujat, kata-kata yang menyakiti hati dan melukai perasaan orang lain, kata-kata yang provokasi.

Oleh karena itu, hati-hatilah dalam setiap perkataan yang diucapkan. Sebab, baik bagi kita, belum tentu baik bagi orang lain. Maka, mari berpikirlah sebelum berbicara atau think before speak. Semoga demikian.