SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santunan kepada sesama. Dan semoga hari mu indah dan menyenangkan!
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 4: 16 – 30, yakni tentang Yesus Ditolak Di Nazaret.
Pertanyaannya adalah mengapa Yesus di tolak di kampung halamanNya? Alasannya sangat sederhana, yakni hanya karena mereka tahu latar belakang keluarga Yesus. Mereka tahu siapa orang tua Yesus. Mereka tahu apa pekerjaan orang tua Yesus.
Mereka tahu siapa saudara saudara Yesus. Padahal sebelumnya mereka sangat heran, kagum dengan pengajaran Yesus. Mereka heran, kagum dan takjub akan kata kata indah yang diucapkan atau diajarkan oleh Yesus.
Semua itu menjadi sirna, hanya karena alasan mereka tahu latar belakang siapa keluarga Yesus. Mereka menolak keberadaan Yesus, dengan alasan latar belakang keluarga. Andai saja hati dan pikiran mereka terbuka akan rahmat Tuhan, seharusnya mereka bangga bahwa Sang Mesias Juruselamat dunia berasal dari Nazaret.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Akibat dari penolakan itu, maka Yesus tidak mengadakan mukjizat di kampung halamanNya. Dan dengan menolak Yesus berarti juga mereka menolak keselamatan hidup yang kekal.
Bagaimana dengan kita? Kita pun dalam kehidupan sehari-hari, terkadang juga jatuh ke dalam “menolak” sesama hanya karena alasan tertentu, misalkan saja karena persaingan bisnis atau usaha, karena ambisius kekuasaan, jabatan, prestasi, kekayaan atau harta, dll.
Padahal kalau kita memiliki kerendahan hati dan akal yang baik dan sehat, harusnya kita sadar bahwa semua di miliki, dikaruniai dan ditentukan atau ditetapkan oleh Allah sesuai rencana dan kehendak lnya.
Oleh karena itu, tidak perlu iri hati, tidak perlu cemburu, karena semuanya dikaruniakan oleh Allah sesuai rencana dan kehendak Nya. Tugas kita adalah berusaha untuk mengelola, untuk mengembangkannya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, dan biarlahkan Tuhan yang akan menyempurnakan dan menyelesaikannya.
Allah bersabda: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau…” (Yeremia 1: 5). Maka, sesungguhnya kita menjadi apa atau seperti apa, itu sudah diatur, ditetapkan atau ditentukan oleh Allah untuk sesuai rencana dan kehendak Nya.
Maka, yang terjadi harusnya: kita saling mengakui, saling menghormati dan menghargai kelebihan, kehebatan, keunggulan, prestasi satu sama lain. Dan tentunya kita pun pasti memiliki kelebihan, kehebatan dan keunggulan. Dan kata kuncinya adalah kerendahan hati, untuk menerima sesama, apa adanya, tanpa memandang latar belakang keluarga, suku, agama dan budayanya. Semoga demikian
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.