Saat Ema Gadi Djou Bawakan Kisah Sengsara Yesus Pada Minggu Palma

Avatar photo
Herman Josef Gadi Djou atau Ema Gadi Djou saat mengikuti acara pernikahan Abraham Gampar pada 1974 (foto : buku 75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou)
Herman Josef Gadi Djou atau Ema Gadi Djou saat mengikuti acara pernikahan Abraham Gampar pada 1974 (foto : buku 75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou)

Herman Josef Gadi Djou atau Ema Gadi Djou, mantan Bupati Ende, ternyata pernah membawakan Kisah Sengsara Yesus dalam perayaan Minggu Palma. Dikisahkan oleh karibnya, Abraham Gampar, Ema Gadi Djou membawakannya pada Minggu Palma tahun 1973 di Gereja St. Yosef Naikoten, Kota Kupang.

Perayaan Minggu Palma merujuk pada kisah masuknya Yesus Kristus ke Kota Yerusalem sebelum Dirinya dikorbankan dalam Penyaliban. Minggu Palma disebut juga sebagai pembuka Pekan Suci seminggu sebelum Paskah diperingati oleh umat Katolik.

Berdasarkan tradisi Gereja Katolik, Kisah Sengsara Yesus pada Minggu Palma dibawakan dalam lagu berirama klasik Gregorian dan diperankan oleh 3 tokoh. Narator (pembaca kisah) dengan warna suara yang agak mendatar, tokoh antagonis musuh Yesus (orang-orang Yahudi, Pilatus, Imam Kepala, dan lain-lain) dengan warna suara yang meninggi (tenor), dan tokoh Yesus dengan nada rendah (Bariton/Bass).

“Pemeran tiga tokoh ini adalah Abraham Gampar (sang dirigen sebagai narator), pak Hany Wadhy (tenor) sebagai tokoh antagonis, dan kak Ema Gadi Djou sebagai Yesus dengan suara Bariton,” tulis Abraham Gampar dalam 75 Tahun Sang Visioner H. J. Gadi Djou, 2012, hal. 58.

Uniknya, perayaan Minggu Palma di tahun 1973 bertepatan dengan hari ulang tahun Ema Gadi Djou pada tanggal 4 April. Keunikan lain, ternyata mereka “menyelundupkan” sahabat mereka Hany Wadhy yang bukan umat di Paroki tersebut bergabung ke dalam koor.

“Pak Hany Wadhy, anggota DPRD kala itu, bertepatan dengan masa sidangnya datang dari Ende untuk menginap di rumah kak Ema… Umat tidak pernah bertanya apakah pemeran orang Yahudi (Pak Hany Wadhy) adalah umat Paroki Naikoten atau bukan?” kisah Abraham Gampar.

Maklum, mereka bertiga adalah sahabat akrab yang memang sulit dipisahkan. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak lama khususnya saat susah-senang diperantauan kala menempuh pendidikan di Jogyakarta. Hany Wadhy bahkan sudah mengenal Ema Gadi Djou jauh sebelumnya, karena itulah ketika pertama kali tiba di Jogya untuk berkuliah, orang pertama yang dia cari adalah Ema. Abraham Gampar apalagi, saat itu dia tinggal serumah dengan Ema Gadi Djou di Kupang, dan persahabatan mereka makin tak terpisahkan ketika satu tahun berselang dia mengambil adik Ema Gadi Djou sebagai istrinya.

Cerita Abraham Gampar, ini merupakan momen pertama kalinya mereka berkumpul kembali setelah sempat terpisah usai menyelesaikan pendidikan di Jogya. “Kami bertiga yang dulunya berteman pada saat kuliah bertemu kembali saat acara ini berlangsung”.

Teks Minggu Daun Palma akhirnya diambil Abraham Gampar dari Gereja dan mereka pun mulai berlatih.

Ema Gadi Djou sedikit kesulitan membawakan kisah Yesus sebab baru pertama kali, kenang Abraham Gampar, namun karena Minggu Palma ditahun itu bertepatan dengan hari ulang tahun Ema maka dia pun berlatih dengan keras. Alhasil, dia pun berhasil membawakannya secara baik.

“Karena didukung oleh motivasi yang sangat tinggi untuk mendapat nilai tambah rohani pada hari ulang tahunnya, maka perannya pun dikuasai dengan baik dan pada hari Minggu Daun tahun 1973 itu kisah sengsara Yesus Kristus dibawakan dengan baik oleh pemeran yang kebetulan serumah”. (ARA/EN)