Virus ASF Bunuh Ratusan Babi di Sikka, Begini Cara Ende Cegah Penularan

Avatar photo
Peternakan Babi
Peternakan Babi

Ratusan ekor babi di Kabupaten Sikka mati mendadak setelah terserang virus African Swine Ferer (ASF). Di kabupaten tersebut tercatat lebih dari 200 ekor babi menjadi korban. Sebelumnya virus ini juga membunuh ribuan babi di Bali dan beberapa daerah lain.

African Swine Ferer (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular. Menurut drh. Said Karim Djohar, virus ini dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen dan belum ditemukan anti virus atau vaksin. Hal tersebut disampaikannya saat memberikan sosialisasi kepada warga Desa Reka dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD), 7 Juli 2020.

Sosialisasi Dinas PeternakanKabupaten Ende kepada warga Desa Reka dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD), 7 Juli 2020.
Sosialisasi Dinas Peternakan kepada warga Desa Reka dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD), 7 Juli 2020.

Lanjut Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Ende itu, sebelum menyerang ratusan babi di Sikka, virus dari Afrika tersebut masuk ke Indonesia melalui Timor Leste. Dari Timor Leste penyebarannya memasuki wilayah Medan, Bali, lalu ke Timor Barat. “Dari Timor Barat tiba-tiba di Sikka ada,” kata dokter hewan Said Djohar.

Mengenai penularan virus ASF di Kabupaten Ende, dokter hewan Said Djohar mengatakan hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus.

Penularan virus ASF dari kabupaten lain ke Ende, dapat dicegah oleh karena pada bulan Juni tahun 2020 telah dikeluarkan instruksi Bupati Ende tentang pelarangan babi atau dagingnya masuk ke Kabupaten Ende. Instruksi ini dikeluarkan sebelum ditemukan adanya kasus virus ASF di Kabupaten Sikka.

Kendati belum ditemukan adanya kasus di Kabupaten Ende dirinya tetap mengingatkan para peternak terkait hal-hal penting untuk mencegah penularan virus.

Penyebaran virus ini sangat cepat dan biasanya melalui kontak antara babi yang sehat dengan babi yang terkena virus. Karenanya, sebisa mungkin hindari kontak dengan babi dari luar Kabupaten Ende.

Penularan juga bisa melalui makanan yang diolah dari daging babi. Contohnya kasus penularan virus ASF di Timor Barat yang bermula dari makanan Sosis Babi.  Selain itu, penularan melalui air yang digunakan mencuci babi terinveksi. Untuk penyebab terakhir itu, dokter hewan Said Djohar memperingatkan agar air cucian daging tidak digunakan kembali.

“Ada kebiasaan dari kita (di Kabupaten Ende), memberi air cucian daging untuk pakan babi. Biasanya dicampur. Padahal pada saat kita mencuci daging yang sudah terkena penyakit ini, ya kumannya sudah di air itu,” jelas drh Said Djohar.

Terakhir, jika ditemukan ada ternak babi yang mati maka masyarakat diharapkan tidak menjual atau mengonsumsinya. Babi yang mati, sesuai anjuran kesehatan hewan mesti dikubur atau dimusnahkan dengan cara membakar. (ARA.EN)