Kepala BPIP Kagum, Frater Ngajar di Pesantren Wali Sanga, Ende

Avatar photo
Frater Yansen Omas, guru Pesantren Wali Sanga, berfoto salam Pancasila bersama para santri (10/12/21)
Frater Yansen Omas, guru Pesantren Wali Sanga, berfoto salam Pancasila bersama para santri (10/12/21)

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Profesor Yudian Wahyudi, mengaku kagum saat mengunjungi Pondok Pesantren Wali Sanga, Kota Ende, Jumat 10 Desember 2021. Pasalnya, di Pesantren tersebut terdapat seorang guru yang merupakan Frater atau calon imam Katolik.

Kunjungan kepala BPIP di Pesantren Wali Sanga merupakan rangkaian kegiatan napak tilas sejarah dalam kunjungannya di Ende. Kunjungan di Pesantren Wali Sanga diisi dengan dialog mengenai Pancasila bersama organisasi kepemudaan, diantaranya PMKRI Cabang Ende, GMNI, dan Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM.

Di tengah dialog, rupa-rupanya kepala BPIP menemukan hal tidak terduga. Profesor Yudian Wahyudi mendapati seorang guru di Pesantren Wali Sanga yang ternyata seorang Frater.

Diakui kepala BPIP dirinya sempat terkejut ketika dipernalkan. Dia mengaku kagum atas hubungan kerja sama dan keharmonisan antar-agama yang terjalin di Ende.

“Saya tentu saja terkejut. Untuk sebuah kota kecil, saya kaget, maka tadi saya bandingkan dengan pengalaman saya di Amerika dan Jerman. Saya kagum, luar biasa itu,” ungkapnya saat diwawancara setelah dialog.

“Yah, itu bagian dari kerjasama yang bagus, gotong royong, dan hubungan antar-agama”.

Di tempat yang sama, Frater Yansen Omas SVD, calon imam Katolik yang mengajar di Pesantren Wali Sanga mengungkapkan, dirinya telah mengajar di Pesantren tersebut sekitar 4  bulan. Posisinya sebagai guru di Pesantren Wali Sanga merupakan kerjasama antara pihak SVD atau Societas Verbi Divini dengan Pesantren.

Dalam kerjasama ini SVD mengirimkan satu orang Frater menjadi guru di Pesantren Wali Sanga setiap tahun. Biasanya, Frater yang ditugaskan akan mengajar selama 1 tahun.

“Saya sudah mengajar kurang lebih selama 4 bulan. Ini kerjasama sudah sejak lama, puluhan tahun, jadi SVD selalu menyumbang satu orang Frater setiap tahun untuk praktek di sini. Mengabdi di sini,” jelas Frater Yansen.

Mengenai pelajaran yang diajarnya, kata dia, pihak SVD menyesuaikan dengan permintaan guru dari Pesantren. Kali ini, untuk Frater Yansen, dia tugasi mengajar pelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah).

Selama menjadi guru di Pesantren Wali Sanga Frater Yansen mengungkapkan beberapa hal yang amat dia rasakan berbeda dengan sekolah umum. Di Wali Sanga pendidikan karakter merupakan hal utama yang diajarkan di kelas dan keseharian para santri.

“Di sini memang adab lebih tinggi dari ilmu. Jadi yang paling pertama itu dibina adabnya, etikanya. Jadi ketika anak itu sudah memiliki adab yang baik, maka ilmu itu masuk dengan baik”. Lanjut Frater Yansen, dia banyak belajar dan mengenal hal baru di Wali Sanga.

Lebih lanjut, pengelola Pesantren Wali Sanga, Sitti Halimah Sadiyah menuturkan, kerjasama antara Pesantren dengan pihak SVD telah berlangsung sekitar tahun 80-an, saat ayahnya, KH Mahmud Eka masih memimpin Pesantren Wali Sanga. Pada tahun-tahun awal kerjasama, SVD bahkan menugaskan dua orang guru membantu Wali Sanga setiap tahun.

Sebenarnya, guru-guru yang dikirim SVD ditugasi lebih dari 1 tahun, kata Sitti Halimah. Sebab, setelah 1 tahun seorang Frater menjalani tugas sebagai guru, masih ada tugas berikut yakni mendampingi penerusnya selama 6 bulan, karena itu rata-rata guru yang dikirim SVD menjalani tugas selama 1,6 tahun.

“Jadi, 6 bulan itu dikawal seniornya, setelah itu ditinggal sendiri di sini bersama santri selama 1 tahun, mengajar,” jelasnya. (ARA/EN)