Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende

Avatar photo
Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende
Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende

Bupati Pake Pani memulai kepemimpinannya dengan membuka akses jalan di desa-desa yang terisolasi. Pada masa awal kepemimpinannya Kabupaten Ende memiliki sekitar 110 desa diantaranya 40 desa yang belum dapat dilewati kendaraan roda empat. Karena itulah pembukaan isolasi difokuskannya sejak awal.

“Saya masuk pertama, empat-lima bulan pertama itu saya keliling desa-desa, jadi saya jalan kaki semua karena ada 40 desa di Ende itu yang belum ada akses masuk untuk kendaraan roda empat,” terangnya.

“Untuk 40 desa itu saya coba jangkau. Lima tahun pertama itu sekitar 30-an desa saya jangkau sehingga periode kedua itu tinggal 3 desa yang memang berat yaitu Nila, Hangalande dan Boafeo, yang saya belum bisa jangkau selama saya menjadi Bupati”.

Pembukaan isolasi kala itu dikerjakan secara swadaya melibatkan masyarakat dibawah arahan para Camat. Pembukaan isolasi ini kebanyakan tanpa didanai APBD sebab terbentur kendala keuangan dan program Pemerintah Pusat kala itu yang serba top-down, sehingga kurang mengakomodir kepentingan daerah. Karena itulah akses jalan yang dibuka Pake Pani tidak sampai pengaspalan melainkan perataan tanah cukup untuk dilalui kendaraan roda empat.

Terobosan selama masa kepemimpinan Anis Pake Pani untuk kendaraan roda empat pada jalur-jalur jalan menuju desa diantaranya ruas jalan Saga-Pu’utuga-Sokoria-Roga. Ruas jalan Tanabeta-Detupera-Aemalu-Watuneso. Ruas jalan Pu’ukungu-Orakose.  Ruas jalan Peibenga-Warndari-Detuara. Ruas jalan Kota Baru-Hangalande. Ruas jalan Welamosa-Nuangenda-Wolomuku. Ruas jalan Nangaba-Komandaru-Mbotutenda serta ruas jalan Trans Utara Flores meliputi Kecamatan Kota Baru, Maurole, Wewaria hingga Maukaro (Bupati Ende Dari Masa ke Masa, 2012: 58).

Sembari membuka isolasi, Pake Pani juga menggalakkan tanaman pertanian karena dinilai sesuai dengan mata pencaharian penduduk Kabupaten Ende yang mayoritas petani. Untuk program ini Pake Pani mendatangkan jutaan anakan tanaman perdagangan yang terbagi dalam 500 ribu anakan untuk masing-masing jenis.

“Saya fokus dengan pertanian karena Kabupaten Ende 80 persen adalah petani jadi saya mengembangkan tanaman perdagangan. Sehingga waktu itu, lima tahun pertama itu saya mendatangkan 500 ribu anakan kopi, 500 ribu anakan cengkeh, 500 ribu anakan coklat, juga jambu mete, vanili, kemiri, semua tanaman perdagangan itu saya kembangkan 500 ribu”.

Karena tidak memiliki kemampuan keuangan daerah yang mumpuni, kata Pake Pani, dia mencari bantuan ke Pemerintah Provinsi dan Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM. Dari hasil bantuan ini program tersebut dijalankan dengan membagikan anakan tanaman perdagangan secara gratis kepada masyarakat.

Masih pada sisi pertanian, dilakukan pembangunan irigasi desa dan irigasi non teknis masing-masing Bendungan Ngalupolo, Bendungan Maubasa, Bendungan Lowo One dan Bendungan Ndito. Serta, dilakukan pembangunan irigasi teknis yakni Daerah Irigasi Mautenda II dan Mautenda IV dan perbaikan irigasi semi teknis di Daerah Irigasi Wolofeo dan Daerah Irigasi Welamosa (Bupati Ende Dari Masa ke Masa, hal. 58).

Dampaknya masih dirasakan hingga kini khususnya di Daerah Irigasi Mautenda yang sampai sekarang menjadi sentra atau lumbung padi Kabupaten Ende.

Program selanjutnya adalah pengadaan air minum bersih. Untuk program ini Pake Pani lagi-lagi melobi dan mengandalkan bantuan LSM yang bahkan hingga ke luar negeri. Selanjutnya program keempat Pake Pani, dan barangkali paling dikenang, tentu saja penataan Kota Ende.

Penataan kota yang dilakukan Pake Pani sudah lumrah dijadikan sebagai penanda sejarah sebab dari program inilah wajah Kota Ende dibentuk. Monumen-monumen yang dibangun dalam program penataan kota menjadi simbol dan ciri khas Kota Ende hingga saat ini. Sebut saja misalnya Monumen Pancasila, Patung Pelajar, dan tentu saja Patung Marilonga.

Hebatnya lagi, penataan kota yang dikerjakannya ternyata tidak bersumber dari APBD. Pake Pani bahkan menantang untuk membuka nomenklatur dalam memori pembangunan Kabupaten Ende guna membuktikan ucapannya. Itu artinya, dana untuk penataan Kota Ende sepenuhnya merupakan terobosan lobi-lobi yang dilakukan oleh Pake Pani.