Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende

Avatar photo
Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende
Jejak Karya Bupati Anis Pake Pani, Pembentuk Wajah Kota Ende

Jelas Pake Pani, penataan kota tidak ada dalam penganggaran pada masa itu karenanya dia mencari jalan keluar dengan meminta sumbangan dari para kontraktor yang mengerjakan proyek pemerintah. Tiap-tiap tahun, lanjutnya, Pemerintah Daerah Tingkat II Ende melepas berbagai proyek kepada para pemborong atau kontraktor, nah, para pemborong ini akan dikumpulkan Pake Pani untuk dijelaskan programnya menata Kota Ende. Diakhir pertemuan Pake Pani akan bertanya, bisakah mereka menyumbang material untuk penataan kota.

“Saya bilang, boleh tidak, saya minta sumbangan dari kalian (pemborong) dalam bentuk semen 10 sak per satu pemborong? mereka dengan senang hati sumbang. Nah, si Hendrik Seni itulah yang tukang kumpul semennya, itu sampai ribuan sak. Ribuan sak itulah yang saya bikin trotoar, saya beli mesin cetak, bikin monumen setiap tahun”.

“itu sumbangan semua ya, boleh diperiksa itu bukan dari APBD. Tidak ada APBD untuk itu (program penataan kota)”.

Hendrikus Seni, salah satu staf Pake Pani yang kala itu menjabat sebagai Kepala Bagian Pembangunan Setda Kabupaten Ende, membenarkan hal tersebut. Kenang Hendrik Seni (09/04/22), masa itu merupakan masa sulit bagi daerah karena pola pembangunan yang bersifat top-down yang kurang memperhatikan kebutuhan daerah. Artinya, Pemerintah Daerah mesti melakukan terobosan-terobosan apabila menginginkan sebuah perubahan signifikan, dan cara yang dilakukan oleh Pake Pani adalah meminta sumbangan material bangunan dari para kontraktor.

Hasilnya, dalam dua periode masa kepemimpinannya, Johanis Pake Pani berhasil membentuk wajah Kota Ende yang bahkan menjadi simbol kota hingga saat ini, sebut saja misalnya Monumen Pancasila. Dan selain monumen tersebut, hasil sumbangan para kontraktor ia gunakan membangun Patung Pelajar, Patung Marilonga, Patung Baranuri, Taman Rendo beserta lapangan, Kolam Renang, Halte dan Trotoar Jalan.

“Kalau Halte itu di dekat perumahan Sekda itu ada satu, di depan Gereja Onekore juga ada, di muka Gereja Mautapaga juga ada, di perempatan Jalan Wirajaya, di bawah di depan Gereja Katedral juga ada, hampir 10 atau 12 biji itu kita bangun”.

Diluar luar hasil sumbangan, program penataan kota juga dikerjakan menggunakan dana APBD misalnya untuk pelebaran dan pengaspalan jalan, membangun dua terminal bus yakni di Terminal Ndao dan Terminal Wolowana serta program lainnya. Cara lain adalah dengan menukar aset Pemda misalnya saat Pake Pani membangunan Stadion Marilonga.

Melihat penataan kota Ende yang dilakukan Pake Pani itulah dengan sendirinya dapat dilihat bagaimana wajah Kota Ende dibentuk dan menjadi ciri khas hingga saat ini.

Anis Pake Pani menyudahi masa kepemimpinannya di Ende pada 1994. Setelah itu dia kembali ke Kupang dan menjadi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT hingga tahun 1998. Tak lama berselang dia terpilih sebagai Wakil Gubernur NTT mendampingi Gubernur Piet Tallo untuk periode 1998-2003. (Agustinus Rae/EN)