Ende Dijadikan Locus Penanganan Stunting, Ini Data Per Kecamatan

Avatar photo
Ilustrasi Stunting
Ilustrasi Stunting

Kabupaten Ende menjadi locus penanganan stunting (gagal tumbuh) oleh pemerintah pusat yang ditargetkan hingga tahun 2023. Stunting menjadi persoalan serius dan jadi salah satu fokus perhatian bagi pemerintah pusat.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi yang kronis sejak bayi dalam kandungan hingga periode awal kehidupan. Ini mengakibat anak lebih pendek dari anak normal seusia dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dokter Muna Fatma, dijadikannya Ende sebagai lokus penanganan, disebabkan fokus perhatian yang terpusat. Jika dahulu problem stunting menjadi lokus kerja bagi Dinkes sendiri, maka sejak tahun 2019, pola kerja penananganannya secara konvergensi.

“Ditangani secara konvergensi maksudnya dilakukan bukan hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi melibatkan sektor-sektor lain,” kata Dokter Muna (13/7/20).

Berbagai sektor akan terlibat dalam urusan penanganan. “Dan Dinas Kesehatan hanya bertanggung jawab di Pengolahan Data dan Rilis Data,” lanjut dokter Muna, langkah penanganan lain menjadi tugas beberapa sektor sesuai tupoksi. Inilah pola konvergensi yang diterapkan sejak tahun 2019.

Hingga saat ini Kabupaten Ende menjadi wilayah terendah ketiga dalam urusan stunting, se propinsi NTT. Kendati terendah, lanjutnya, hingga tahun 2023 terhadap Kabupaten Ende akan diberikan target oleh pemerintah pusat sebagai standar penurunan per tahun.

Mengenai data stunting di Kabupaten Ende, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Ende, Wilhelmus Hamid, target penurunan angka stunting yang diberikan oleh pemerintah pusat masih terjaga hingga saat ini.

Data stunting tercatat dalam e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Sumber data disampaikan langsung oleh Puskemas-puskemas di seluruh Kabupaten Ende kepada pemerintah pusat. Prosesnya sangatlah cepat dan transparan. Dan berikut ini data angka stunting di Kabupaten Ende hingga bulan September 2019.

Kecamatan Detukeli, Puskemas Watunggere, 118 kasus.

Kecamata Detusoko, Puskemas Detusoko 83 kasus dan Puskesmas Saga 106 kasus.

Kecamatan Ende, Puskesmas Detundora 162 kasus dan Puskesmas Ria Raja 110.

Kecamatan Ende Selatan, Puskesmas Rukun Lima 116 kasus.

Kecamatan Ende Tengah, Puskesmas Kota Ende 95 dan Puskesmas Onekore 50 kasus.

Kecamatan Ende Timur, Puskesmas Rewarangga 67 kasus.

Kecamatan Ende Utara, Puskesmas Kota Ratu 94 kasus.

Kecamatan Kelimutu, Puskesmas Moni 140 kasus.

Kecamatan Kota baru, Puskesmas Kota Baru 132 kasus.

Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Puskesmas Peibenga 103 kasus.

Kecamatan Lio timur, Puskesmas Watuneso 200 kasus.

Kecamatan Maukaro, Puskesmas Maukaro 119 kasus.

Kecamatan Maurole, Puskesmas Maurole 179 kasus.

Kecamatan Nangapanda, Puskesmas Nangapanda 225 kasus.

Kecamatan Ndona, Puskesmas Ngalupolo 90 kasus.

Kecamatan Ndona Timur, Puskesmas Roga 150 kasus.

Kecamatan Ndori, Puskesmas Maubasa 112 kasus.

Kecamatan Pulau Ende, Puskesmas Ahmad Yani 106 kasus.

Kecamatan Wewaria, Puskesmas Welamosa 254 kasus.

Kecamatan Wolojita, Puskesmas Wolojita 74 kasus.

Kecamatan Wolowaru, Puskesmas Wolowaru 113 kasus.

Total seluruhnya tercatat 2.998 kasus stunting di Kabupaten Ende. (ARA/EN)