Ende  

Ikut Nobar di Ende, Ini Kata Celerina Judisari, Produser Film “Kadet 1947”

Avatar photo
Cerelina Judisari, produser film Kadet 1947 saat mengikuti acara Nobar film Kadet 1947 di Ende (12/10/23)
Cerelina Judisari, produser film Kadet 1947 saat mengikuti acara Nobar film Kadet 1947 di Ende (12/10/23)

Celerina Judisari, produser film Kadet 1947, menghadiri Nonton Bareng alias Nobar film Kadet 1947 di Ende, Kamis, 12 Oktober 2023.

Film Kadet 1947 sendiri merupakan film yang dirilis tahun 2021. Film ini mengisahkan perjuangan tujuh orang kadet atau siswa Angkatan Udara yang dengan kenekatan mereka menyerbu markas Belanda.

Advertisement
dpd ri
Scroll kebawah untuk lihat konten

BACA JUGA

Nobar film Kadet 1947 digelar di aula Garuda, Kantor Bupati Ende, diadakan oleh legislator Andreas Hugo Parera atau akrab disapa AHP, bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Ende.

Celerina, datang ke Ende mengikuti acara Nobar memenuhi undangan AHP dan panitia penyelenggara. Usai Nobar, Celerina yang diwawancara media ini, mengatakan, film yang diproduserinya itu merupakan kisah perjuangan remaja zaman dahulu yang dibahasakan sesuai konteks sehingga dapat diterima oleh remaja hari ini.

Beberapa film mengisahkan perjuangan juga dibuatnya, namun Kadet 1947, kata Cerelina, dirasanya lebih mengena bagi para remaja masa kini. Gaya membahasakan, alur cerita, lengkap dengan bumbu percintaan, membuat para remaja akan betah menyaksikan Kadet 1947. Kendatipun sebenarnya mengisahkan peristiwa serius yang terinspirasi kisah nyata.

“Kita memang membuat film yang bisa berbahasa sama. Jadi film perjuangan tapi bisa diterima (anak-anak muda), tadi kan anak-anak duduk manis ya, mereka nggak keluar, karena memang bahasanya sama,” kata Celerina Judisari (12/10).

BACA JUGA 

Kesesuaian antara alur cerita Kadet 1947 dan minat para remaja, sambungnya, diketahui melalui suatu riset yang dilakukan sebelum pembuatan film. Riset dilakukan untuk memahami keinginan para remaja sehingga betah menyaksikan Kadet 1947 dari awal hingga akhir.

Pemaknaan film pun mudah ditangkap sebab para tokoh di dalam film adalah remaja, kata Celerina. Yang membedakan hanyalah waktu dan tanggung jawab masing-masing generasi.

“Jadi ini bisa nyambung di sesama remaja, cuma beda di waktu. Perjuangannya sudah berbeda, dulu fisik mempertahankan Indonesia, kalau sekarang perjuangannya mengisi kemerdekaan,” tuturnya.

Kisah perjuangan kemerdekaan, aku Celerina, memang sesuatu yang kurang popular di dunia perfilman akhir-akhir ini. Celerina tak memungkiri sisi komersil di dunia perfilman yang memaksa industri perfilman mengikuti trend permintaan penonton.

Namun bagi dia, memori-memori bangsa yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme juga mesti mendapat porsi di dunia perfilman. Sebab, memori bangsa dalam visualisasi suatu film lebih mampu mengungkap suatu peristiwa lengkap dengan pemaknaan.

“Harus ada yang begitu ya, kayaknya. Dan memang dalam satu waktu atau periode harus ada yang mengeluarkan film-film seperti ini, walaupun mungkin nggak popular buat orang-orang, tapi pada saat mereka menyaksikan, mereka balik lagi ke diri masing-masing, saya sudah melakukan apa buat bangsa, buat daerah misalnya,”ucap Celerina.

BACA JUGA 

Di tempat sama, legislator Andreas Hugo Parera, mengatakan, Nobar film Kadet 1947 memiliki beberapa alasan sehingga diadakan di Ende. Ende, kata AHP, merupakan kota bersejarah tempat pembuangan bung Karno sehingga nuansa kesejarahan lebih terasa.

Sementara dari sisi perfilman, sambungnya, Ende merupakan tempat dimana film Ria Rago dibuat pada 1923, itu berarti film Ria Rago mendahului film Loetoeng Kasaroeng (1926) yang diclaim pemerintah sebagai film pertama Indonesia. (ARA/EN)